Tuesday 7 January 2014

Pengertian Psikolinguistik

PENGERTIAN dan DEFINISI DARI PSIKOLINGUISTIK

Secara etimologis, istilah Psikolinguistik berasal dari dua kata, yakni Psikologi dan Linguistik. Seperti kita ketahui kedua kata tersebut masing-masing merujuk pada nama sebuah disiplin ilmu. Secara umum, Psikologi sering didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dengan cara mengkaji hakikat stimulus, hakikat respon, dan hakikat prosesproses pikiran sebelum stimulus atau respon itu terjadi. Pakar psikologi sekarang ini cenderung menganggap psikologi sebagai ilmu yang mengkaji proses berpikir manusia dan segala manifestasinya yang mengatur perilaku manusia itu. Tujuan mengkaji proses berpikir itu ialah untuk memahami, menjelaskan, dan meramalkan perilaku manusia.

Linguistik secara umum dan luas merupakan satu ilmu yang mengkaji bahasa

(Bloomfield, 1928:1). Bahasa dalam konteks linguistik dipandang sebagai sebuah sistem bunyi yang arbriter, konvensional, dan dipergunakan oleh manusia sebagai sarana komunikasi. Hal ini berarti bahwa linguistik secara umum tidak mengaitkan bahasa dengan fenomena lain. Bahasa dipandang sebagai bahasa yang memiliki struktur yang khas dan unik. Munculnya ilmu yang bernama psikolinguistik tidak luput dari perkembangan kajian linguistik

Pada mulanya istilah yang digunakan untuk psikolinguistik adalah linguistic psychology (psikologi linguistik) dan ada pula yang menyebutnya sebagai psychology of language (psikologi bahasa). Kemudian sebagai hasil kerja sama yang lebih terarah dan sistematis, lahirlah satu ilmu baru yang kemudian disebut sebagai psikolinguistik (psycholinguistic).


Psikolinguistik merupakan ilmu yang menguraikan prosesproses psikologis yang terjadi apabila
seseorang menghasilkan kalimat dan memahami kalimat yang didengarnya waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh manusia (Simanjuntak, 1987: 1). Aitchison (1984), membatasi psikolinguistik sebagai studi tentang bahasa dan pikiran. Psikolinguistik merupakan bidang studi yang menghubungkan psikologi dengan linguistik. Tujuan utama seorang psikolinguis ialah menemukan struktur dan proses yang melandasi kemampuan manusia untuk berbicara dan memahami bahasa. Psikolinguis tidak tertarik pada interaksi bahasa di antara para penutur bahasa. Yang mereka kerjakan terutama ialah menggali apa yang terjadi ketika individu yang berbahasa.

Pakar psikologi maupun pakar linguistik samasama terlibat mempelajari psikolinguistik. Kedua pakar itu termasuk pakar ilmu sosial. Oleh sebab itu, pendekatan yang mereka gunakan dalam bidang ilmu ini hampir sama atau mirip. Semua ilmuwan ilmu sosial bekerja dengan menyusun dan menguji hipotesis. Misalnya, seorang psikolinguis berhipotesis bahwa tuturan seseorang yang mengalami gangguan sistem sarafnya akan berdisintegrasi dalam urutan tertentu, yaitu konstruksi terakhir yang dipelajarinya merupakan unsur yang lenyap paling awal. Kemudian ia akan menguji hipotesisnya itu dengan mengumpulkan data dari orangorang yang mengalami kerusakan otak. Dalam hal ini seorang ahli psikologi dan linguis agak berbeda. Ahli psikologi menguji hipotesisnya terutama dengan cara eksperimen yang terkontrol secara cermat. Seorang linguis, dalam sisi yang lain, menguji hipotesisnya terutama dengan mengeceknya melalui tuturan spontan. Linguis menganggap bahwa keketatan situasi eksperimen kadangkadang membuahkan hasil yang palsu.

Psikolinguistik jika diilustrasikan bagaikan seekor bydra, yakni monster dengan jumlah kepala yang tak terhingga. Tampaknya tidak ada batas yang akan dikaji oleh psikolinguistik. Benarkah begitu? Simanjuntak (1987) menyatakan bahwa masalahmasalah yang dikaji oleh psikolinguistik berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini, yakni:

(1)  Apakah sebenarnya bahasa itu? Apakah bahasa itu bawaan ataukah hasil belajar? Apakah ciriciri bahasa manusia itu? Unsurunsur apa sajakah yang tercakup dalam bahasa itu?

(2)  Bagaimanakah bahasa itu ada dan mengapa ia harus ada? Di manakah bahasa itu berada dan disimpan?

(3)  Bagaimanakah bahasa pertama (bahasa ibu) itu diperoleh oleh seorang anak? Bagaimana bahasa itu berkembang? Bagaimana bahasa kedua itu dipelajari? Bagaimana seseorang menguasai dua, tiga bahasa, atau lebih?

(4)  Bagaimana kalimat dihasilkan dan dipahami? Proses apa yang berlangsung di dalam otak ketika manusia berbahasa?

(5)  Bagaimana bahasa itu tumbuh, berubah, dan mati? Bagaimana suatu dialek muncul dan berubah menjadi bahasa yang baru?

(6)  Bagaimana hubungan bahasa dengan pikiran manusia? Bagaimana pengaruh kedwibahasaan terhadap pikiran dan kecerdasan seseorang?

(7)   Mengapa seseorang menderita afasia? Bagaimana mengobatinya?
(8)  Bagaimana bahasa itu sebaiknya diajarkan agar benarbenar dapat dikuasai dengan baik oleh pembelajar bahasa?

Jika Anda memperhatikan betapa banyak pertanyaan yang harus dijawab oleh psikolinguistik itu, maka pernyataan bahwa psikolinguistik bagaikan seekor bydra mungkin benar. Tetapi, sebenarnya pernyataan bahwa psikolinguistik itu sebagai seekor bydra tidak memuaskan. Oleh sebab itu, menurut Aicthison (1984) perlulah kiranya objek kajian psikolinguistik itu dibatasi secara jujur. Pertanyaanpertanyaan yang diajukan oleh Simanjuntak di atas disederhanakan lagi oleh Aitchison menjadi tiga pertanyaan saja. Menurut Aitchison (1984) ada tiga hal sebenarnya yang menarik perhatian psikolinguistik, yakni (1) masalah pernerolehan bahasa, (2) hubungan antara pengetahuan bahasa dan penggunaan bahasa, dan (3) proses produksi dan pemahaman tuturan.

1) Masalah pemerolehan

Apakah manusia memperoleh bahasa karena dia dilahirkan dengan dilengkapi pengetahuan khusus tentang kebahasaan? Atau mereka dapat belajar bahasa karena mereka adalah binatang yang sangat pintar sehingga mampu memecahkan berbagai macam masalah?

2) Hubungan antara pengetahuan bahasa dan penggunaan bahasa

Linguis sering menyatakan bahwa dirinya adalah orang yang memerikan representasi bahasa internal seseorang (pengetahuan bahasanya). Ia kurang tertarik untuk memerikan bagaimana penutur menggunakan bahasanya. Kemudian bagaimanakah hubungan antara penggunaan dengan pengetahuan bahasa tersebut? Seseorang yang belajar bahasa melakukan tiga hal:

(a) Memahami kalimat (dekode)
> 
penggunaan bahasa
(b) Menghasilkan kalimat (enkode)
> 
penggunaan bahasa
(c) Menyimpan pengetahuan bahasa
> 
pengetahuan bahasa

Linguis lebih tertarik pada butir c daripada butir (a) dan (b). Apa yang perlu diketahui seseorang psikolinguis ialah sebagai berikut: benarkah mengasumsikan bahwa tipe tata bahasa yang disampaikan oleh linguis sesungguhnya mencerminkan pengetahuan individual yang terinternalisasikan tentang bahasanya? Bagaimanakah pengetahuan itu digunakan ketika seseorang menghasilkan tuturan (enkode) atau memahami tuturan (dekode)?

3). Menghasilkan dan memahami tuturan

Dengan mengasumsikan bahwa penggunaan bahasa tidak berbeda dengan pengetahuan bahasa, apakah sesungguhnya yang terjadi ketika seseorang itu menghasilkan tuturan (berenkode) atau memahami tuturan (berdekode)?
Tiga pertanyaan itulah yang dikaji dalam psikolinguistik dengan mempertimbangkan empat tipe bukti, yakni:

(a) komunikasi binatang

(b)  bahasa anakanak

(c)  bahasa orang dewasa yang normal

(d)  tuturan disfasik (orang yang terganggu tuturannya).

Perhatikan diagram berikut ini. Kotakkotak dalam diagram itu tidak merupakan kotak yang tersekat dan terpisah ketat satu dengan yang lainnya. Tetapi, antara kotakkotak itu ada unsurunsur yang menghubungkannya. Komunikasi binatang dihubungkan dengan bahasa anak oleh kera yang berbicara. Hubungan antara bahasa anak dan bahasa orang dewasa yang normal dihubungkan oleh tuturan anak usia 814 tahun. Bahasa orang dewasa yang normal dengan bahasa orang disfasik dihubungkan oleh “keseleo lidah” (slip of tounge).

Sebelum kita berbicara tentang masalah lain dalam psikolinguistik, kita sebaiknya memahami dulu penggunaan istilah tata bahasa. Kita berasumsi bahwa agar dapat berbicara, setiap orang yang tahu bahasanya memiliki tata bahasa yang telah diinternalisasikan dalam benaknya. Linguis yang menulis tata bahasa membuat hipotesis tentang sistem yang terinternalisasikan itu.

Istilah tata bahasa digunakan secara bergantian untuk maksud representasi internal bahasa dalam benak seseorang dan model linguis atau dugaan atas representasi itu.

Lebih jauh lagi, ketika kita berbicara tentang tata bahasa seseorang yang terinternalisasikan itu, istilah tata bahasa digunakan dalam pengertian yang lebih luas daripada makna tata bahasa yang kita temukan dalam berbagai buku ajar. Tata bahasa itu mengacu pada keseluruhan pengetahuan bahasa seseorang. Tata bahasa tidak hanya menyangkut masalah tata kalimat, tetapi juga fonologi dan semantik.

TATA BAHASA
FONOLOGI
SINTAKSIS
SEMANTIK
Pola bunyi
pola kalimat
pola makna

Karena sintaksis itu merupakan dasar yang paling penting, maka kajian utama psikolinguistik ini akan banyak bertumpu pada kaidah sintaktik. Secara teoretis, tujuan utama psikolinguistik ialah mencari satu teori bahasa yang tepat dan unggul dari segi linguistik dan psikologi yang mampu menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa dan bagaimana struktur ini diperoleh dan digunakan pada waktu bertutur dan memahami kalimatkalimat (ujaranujaran). Secara praktis, psikolinguistik mencoba menerapkan pengetahuan linguistik dan psikologi pada masalahmasalah seperti pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut, kedwibahasaan, penyakit bertutur seperti afasia, gagap dan sebagainya, komunikasi, pikiran manusia, dialek-dialek, pijinisasi, dan kreolisasi, dan masalahmasalah sosial lain yang menyangkut bahasa seperti bahasa dan pendidikan, bahasa, dan pembangunan bangsa.

Dari definisidefinisi itu, jelaslah bahwa psikolinguistik adalah ilmu antardisiplin yang dilahirkan sebagai akibat adanya kesadaran bahwa kajian bahasa merupakan sesuatu yang sangat rumit. Dengan demikian, satu disiplin ilmu saja tidaklah dapat dan tidak mampu menerangkan hakikat bahasa. Kerja sama antardisiplin semacam itu tidaklah merupakan hal yang baru dalam bidang ilmu. Ilmu antardisiplin yang lain telah lama ada seperti neuropsikologi, sosiolinguistik, psikofisiologi, psikobiologi, psikofarmakologi, dan sebagainya. 

1 comment:

Walkthrough Bahasa Indonesia. Powered by Blogger.